Minggu, 21 Januari 2018

BAJU LETNAN PANGKAT JENDERAL  (1973)

Salah satu tugas ADC adalah menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelengkapan yang diperlukan oleh pejabat yang diajudani, mulai dari menyusun acara dan mengkoordinasikan jadwal kegiatan, menyiapkan naskah pidato atau sambutan, sampai dengan menyediakan alat kelengkapan pribadi termasuk pakaian. Ada kejadian menggelikan berkaitan dengan hal terakhir :
Hari itu adalah tanggal 26 Agustus 1973, di kapal RI Samadikun, dalam rangka kunjungan Kasal ke Armatim, yang merupakan kunjungan pertama ke Kotama ALRI setelah pelantikan beliau sebagai Kasal. Pada kunjungan dinas yang pertama itu beliau berkenan naik kapal perang, dalam hal ini RI Samadikun.
Karena aku baru beberapa hari menjabat sebagai ADC, maka yang menyertai beliau adalah Ltn Budhi, ADC Kasal yang sudah menjabat sejak beliau menjabat Kasum Abri. Aku sendiri hanya mengantar sampai ke pelabuhan Tanjung Priok.
Dua hari kemudian aku menjemput beliau di Airport Kemayoran. Pada waktu rombongan turun dari pesawat terbang, Kasal menunjuk kearahku sambil tersenyum- senyum. Bahkan ibu dan ADC ibu, Srs Lucy Spidjan, nampak tertawa geli sambil memandangiku. Sebaliknya Ltn Budhi aku lihat tampangnya kecut, dan nampak
bersungut-sungut sambil menunjukkan kepalan tangan kepadaku. Aku tidak habis pikir apa yang salah dengan diriku. Baru setelah kami semua tiba di kediaman, Srs Lucy menceritakan apa yang telah terjadi:
Ceritanya, pada saat RI Samadikun mendekati dermaga Madura, Pangkalan ALRI Ujung, Surabaya, Kasal masuk ke kamar untuk menukar pakaian dengan tenue upacara PDU-I. Beberapa menit kemudian terdengar pengumuman agar ADC Kasal segera menghadap AL-1 di ruang komandan. Setelah Ltn Budhi masuk ke kamar, Kasal menanyakan tenue PDU-I beliau. Dengan mantap Ltn Budhi menunjuk pada PDU-I yang tergantung di kapstock yang sejak pagi sudah dia persiapkan. Kasal kemudian mengangkat PDU-I yang ada di gantungan baju, kemudian mencampakannya ke lantai sambil berkata: “Mana ada baju PDU-I saya yang celananya cutbray?” katanya, “Ini bukan baju saya” lanjut beliau. Sampai saat itu Ltn Budhi masih belum sadar apa yang terjadi. Tetapi setelah memungut dan mengamati PDU-I yang dicampakkan Kasal, barulah Ltn Budhi merasa tubuhnya lunglai seolah dilanda penyakit lumpuh, layu secara tiba-tiba.
“Baju siapa itu?” tanya Kasal lagi. Dengan suara bergetar Ltn Budhi menjawab lirih “Letnan Sudarsono Kasdi”.
Rupanya Ltn Budhi telah keliru memasang pangkat Laksamana pada PDU-I milikku yang berada di gantungan baju di ruang ADC, yang juga digunakan untuk menggantung pakaian dinas Kasal. Ltn Budhi mengira pakaian PDU-1 itu adalah kepunyaan Kasal karena warna putihnya yang nampak paling bagus. Tentu saja, karena baju itu adalah milikku yang baru aku ambil dari penjahit.
Ltn Budhi kemudian diperintahkan untuk memanggil pejabat teras peserta rombongan Kasal yang ada di kapal yang postur tubuhnya kira-kira sama dengan badan Kasal. Ltn Budhi kemudian menuju ke longroom perwira dimana para Pati pejabat teras Mabal berkumpul menunggu. Dia kemudian memilih salah satu Pati yang diperkirakan posturnya sama dengan Kasal, kemudian memberitahu bahwa beliau diperintahkan menghadap Kasal. Ltn Budhi sendiri tidak berani memberi tahu untuk apa pejabat tadi dipanggil, sehingga yang bersangkutanpun menjadi bingung karena setiap kali pejabat yang dipanggil tadi masuk ke ruangan, Kasal hanya mengatakan “Kebesaran!” atau “Kekecilan!”. Sampai akhirnya tiba gilirannya Laksma TNI M. Mochtar, dimana Kasal langsung memerintahkan : “Buka bajumu, kamu tidak usah ikut upacara!”.
Laksma Mochtar sempat bingung sejenak, tetapi begitu menyadari kalau Kasal masih berpakaian kaos oblong dan celana kolor, beliau segera faham apa maksudnya. Segera pak Mochtar kembali ke kamarnya diikuti oleh Ltn Budhi, kemudian membuka
pakaiannya dan menyerahkannya kepada Ltn Budhi, yang segera menukar pangkat- nya dengan pangkat Laksamana.

***
(Copas dari buku "Sosok Seorang MARINIR BANYUMAS", Otobiografi Mayjen TNI (Mar) Sudarsono Kasdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar