Rabu, 24 Januari 2018

BATAL KARENA MEMEGANG PRINSIP  (1996)

Setelah aku menjabat sebagai Kas Kormar hampir satu tahun, pada suatu hari setelah sholat Jum’at, aku dipanggil menghadap komandan di ruang kerja beliau..
Setelah aku duduk, beliau menyampaikan bahwa hari Senin lusa akan ada sidang Dewan Penempatan Jabatan Perwira Tinggi (Wanpatjab “A”) yang akan membahas rencana penggantian beberapa jabatan teras TNI-AL. Beliau menyampaikan bahwa namaku sudah masuk di dalam buku merah dan menjadi satu2nya calon untuk jabatan Dan Kormar. Buku merah adalah istilah untuk buku daftar nominasi personil bersifat rahasia, yang akan dibahas di dalam sidang Wanpatjab.
Selanjutnya panjang lebar beliau memberikan pesan dan nasihatnya, sebagai bekal bagiku pada saatnya nanti apabila aku sudah menjadi Dan Kormar. Pesan-pesan beliau pada umumnya baik meski cenderung normatif. Namun pada penghujung pesannya beliau memberikan arahan yang bukan lagi dapat dikatakan normatif.
Inti pengarahan beliau kepadaku kurang lebih demikian :
“Sebagai Dan Kormar kamu tidak boleh memegang prinsipmu sendiri, tetapi sebaliknya harus pandai melihat situasi. Oleh karena itu kamu sebagai adikku, yang insyaallah sebentar lagi akan menggantikanku, aku ingin berpesan.
Pertama: Ada prinsip yang dianut orang Cina ‘Jadilah seperti ilalang di atas bukit’. Betapapun besar badai bertiup ilalang tak akan tercabut, kenapa? Karena kemanapun badai bertiup ilalang selalu ikut. Tetapi demikian badai mereda ilalang akan tegak kembali dengan megahnya.
Kedua: ‘Kamu harus bisa ibaratnya seperti bunglon’, karena dimanapun bunglon berada pasti segera berubah warna, menyesuaikan diri dengan warna lingkungannya. Ketiga : ‘Dunia ini adalah panggung sandiwara’, artinya bahwa kita semua ini adalah sekedar aktor yang dikendalikan oleh sutradara. Kita hanyalah pemain yang memainkan peran yang sudah diatur oleh sutradara sesuai skenario yang sejalan dengan alur cerita yang dikehendaki oleh produser”.
Mendengar apa yang dikatakan komandan seperti itu jantungku terasa berdetak lebih kuat dan darah mengalir naik dengan cepat menuju ke kepala. Aku marah sekaligus kecewa. Tidak tahu kenapa aku betul-betul merasa terhina. Aku merasa seolah disamakan dengan orang yang memiliki sifat seperti itu.
Kemudian beliau menghentikan ucapannya. Mungkin beliau melihat perubahan di wajahku.
Suasana hening sejenak.
Dengan nada suara yang sedikit bergetar aku katakan demikian:
“Kalau komandan menghendaki Dan Kormar adalah orang yang seperti itu, jangan tunjuk saya, karena saya bukan manusia sejenis itu. Komandan cari saja orang lain yang bisa melaksanakan arahan komandan!”
Kontan wajah beliau mendadak menjadi merah, sebentar kemudian berubah menjadi pucat dan tangannya bergetar. Mungkin menahan marah, atau malu, karena tidak menduga arahannya akan aku tanggapi demikian.
Setelah beberapa menit tidak ada yang berbicara kecuali saling memandang dengan perasaannya masing-masing, akhirnya beliau mempersilahkan aku keluar dari ruang kerja beliau.
Beberapa minggu kemudian turun Surat Telegram Kasal yang diantaranya berisi pergantian jabatan Dan Kormar, yang ternyata memang bukan aku.

***
(Copas dari buku "Sosok Seorang MARINIR BANYUMAS", Otobiografi Mayjen TNI (Mar) Sudarsono Kasdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar