Sabtu, 03 Februari 2018

NASI GORENG RANJAU MADURA  (Karang Tekok 1967)

Pendidikan Sedaspako yang kami alami waktu itu lebih banyak ditekankan pada aplikasi teori perang yang diwujudkan melaluiPendidikan Komando dan Perang Hutan (Kohut). Mungkin karena diilhami oleh tuntutan kebutuhan operasi KKO sebelumnya di belantara Irian Barat (Ops Trikora) dan di perbatasan Kalimantan (Ops Dwikora).
Hampir tiga bulan kami berkutat pada latihan Komando di Purboyo, untuk mempraktekkan pengetahuan teori dan taktik perang perorangan prajurit komando dan gerakan maneuver pertempuran satuan kecil.
Untuk menambah gizi makan yang memang kurang memenuhi standar kebutuhan, kami sering secara sembunyi-sembunyi mengadakan barter makanan dengan penduduk setempat, dengan apa saja yang kami miliki, mulai piyama, celana, sepatu PDH, handuk, atau baju bekas.

Satu malam sepulang latihan serbuan malam, empat orang teman ex Kawanua ngumpul di satu sudut di luar bangunan asrama. Rupanya salah seorang sebelumnya sudah mengorbankan miliknya untuk ditukar dengan nasi goreng. Berempat tanpa cuci tangan terlebih dahulu mereka langsung melahap nasi goreng yang ditempatkan di helm luar (topi baja) salah satu teman.
Setelah beberapa suap salah seorang mengatakan seperti ada bau kotoran manusia. Karena menduga ada kotoran didekatnya makamereka bergeser pindah ke tempat lain, kemudian meneruskan menikmati hasil barter teman tadi. Tidak berapa lama salah seorang mengatakan masih juga mencium bau kotoran, sehingga mereka terpaksa bergeser lagi. Begitu pula ditempat yang baru mereka juga masih
mencium bau kotoran, sehingga mereka mulai curiga kalau ada salah seorang yang sebelumnya menginjak kotoran manusia. Oleh karena itusemua sepatu kemudian diperiksa. Tetapi hasilnya nihil, sehingga
pencarian kemudian lebih mempercayakan pada kemampuan hidung untuk melacak sumber bau.

Ternyata temuannya sungguh luar biasa,
karena sumber bau ternyata ada di telapak tangan salah satu teman. Mungkin pada waktu merayap mendekati sasaran pada problem serbuan malam tangannya telah menyentuh ‘ranjau madura’, istilah becandaan yang kami gunakan untuk kotoran manusia yg sering kita temukan di pinggir pantai tempat latihan pendaratan di pulau Madura.

***
(Copas dari buku "Sosok Seorang MARINIR BANYUMAS", Otobiografi Mayjen TNI (Mar) Sudarsono Kasdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar