Minggu, 21 Januari 2018

MARINIR KESASAR  (1974)

Ketentuan tidak tertulis yang berlaku di Angkatan Laut, setiap prajurit yang tiba di satu tempat, dalam waktu 1X24 jam sudah harus memahami situasi lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian aku wajib dan harus segera melaksanakan orientasi medan pada kesempatan pertama. Bagi prajurit KKO ketentuan seperti itu sudah menjadi habit, kebiasaan yang sudah menyatu di dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pada keesokan harinya, karena kebetulan hari libur Sabtu, aku mulai melaksanakan orientasi pengenalan mulai dari lingkungan pekarangan sampai dengan jalan-jalan di sekitar dengan berjalan kaki. Pada hari berikutnya aku ingin melaksanakan orientasi pada jalan-jalan di sekitar yang agak sedikit jauh.
Hari Minggu keesokan harinya, dengan mobil Mercy CPM-1 aku mencoba menelusuri jalan-jalan yang mengarah ke kediaman. Kebetulan aturan mengemudi di Inggris pada jalur kiri, sama dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang menjadi masalah adalah karena semua jalan-jalan diberi median yang membagi dua jalur arah yang berlawanan. Susunan rumahnya juga tidak diatur dalam blok-blok seperti bangunan kota modern pada umumnya. Mungkin karena daerah pinggiran. Dengan demikian usahaku dengan membelok di persimpangan, dengan harapan bisa kembali ke jalan semula, ternyata tidak membantu. Sampai satu saat dimana aku tidak lagi tahu sudah berada di mana. Kebetulan aku melihat sebuah kios suvenir di pojok jalan. Aku hentikan mobil ditepi jalan, kemudian turun dan masuk ke kios. Kepada penjaga kios aku bertanya jalan yang menuju ke Bishop’s Grove, sambil menyodorkan kertas bertuliskan alamat kediaman Dubes yang sudah aku siapkan sebelumnya. Penjaga kios seorang perempuan setengah tua kemudian mengambil sebuah buku peta ukuran pocket-book, membuka-buka halamannya sebentar kemudian memberi tanda dan menunjukkannya kepadaku. Aku mengangguk-angguk meskipun sebetulnya tidak paham. Dia katakan harga peta itu 34 pence. Aku ambil segenggam koin yang ada di kantong celanaku, kemudian menaruhnya di meja dan mempersilahkan penjaga kios untuk mengambilnya sendiri. Setelah mengambil kembali sisa koin dan mengucapkan terima kasih, aku kemudian keluar kios dan kembali masuk ke mobil karena cuaca London waktu itu sudah cukup dingin.
Aku kembali duduk di belakang stir kemudian membalik-balik lembaran buku peta dalam upaya mempelajari arah jalan pulang. Ternyata tidak mudah. Terus terang itu adalah pertama kalinya aku melihat peta dalam bentuk buku. Aku kemudian menghidupkan kembali mobil dan mencoba mengikuti jalan yang tergambar di peta. Beberapa kali aku terpaksa berhenti untuk mempelajari peta tetapi ternyata tetap gagal. Kemudian aku hentikan mobil di pinggir jalan yang cukup aman, untuk mencoba mempelajari peta kembali.
Setelah hampir putus asa tiba-tiba aku melihat ada taksi yang melintas. Tanpa berpikir panjang aku berteriak “Taksi!”. Setelah taksi berhenti aku datang menghampiri.
Pengemudi taksi mempersilahkan aku naik dan menanyakan tujuanku, tetapi aku menolak. Dia sedikit bingung. Kemudian aku sodorkan kertas yang sudah aku tulisi alamat tadi. Aku jelaskan bahwa aku kesasar, dan tidak tahu lagi jalan pulang. Aku minta kepadanya mengemudikan taksinya menuju ke alamat yang aku tunjukkan. Aku sendiri tidak ikut naik karena harus mengemudikan mobilku sendiri. Pengemudi taksi nampaknya memahami apa mauku karena kemudian menerima kertas alamat yang aku berikan, membaca sekilas, kemudian sambil tersenyum memberi tanda kepadaku untuk mengikutinya.
Tidak sampai sepuluh menit taksi sudah sampai di Bishop’s Grove.
Ternyata Marinir, prajurit andalan ALRI, masih bisa kesasar....?!!

***
(Copas dari buku "Sosok Seorang MARINIR BANYUMAS", Otobiografi Mayjen TNI (Mar) Sudarsono Kasdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar